Pernah nggak sih kamu mikir, “Loh, kenapa sih vegetarian nggak makan daging? Toh hewan ternak memang diternak khusus buat konsumsi. Bahkan cara motongnya juga dibuat biar langsung mati dan nggak ngerasain sakit.”
Pertanyaan ini sering banget muncul, dan wajar kok. Karena dari kecil, kita terbiasa menganggap makan daging itu normal. Jadi ketika ketemu orang yang nggak mau makan daging sama sekali, rasanya seperti… aneh.
Padahal alasannya nggak sesederhana “nggak suka daging.” Ada banyak faktor, mulai dari etika, kesehatan, sampai lingkungan. Yuk, kita bahas santai tapi lengkap biar lebih paham.
Alasan Etika Bukan Sekadar Soal Cara Motong
Banyak vegetarian yang berhenti makan daging karena alasan moral atau empati. Bukan cuma soal proses penyembelihan, tapi tentang nilai kemanusiaan terhadap hewan.
Mereka percaya bahwa:
- hewan tetap punya rasa sakit,
- hewan punya naluri bertahan hidup,
- dan hewan berhak hidup tanpa harus dijadikan konsumsi.
Walaupun betul hewan ternak dibesarkan untuk dimakan, bagi sebagian orang itu tetap tidak menghapus fakta bahwa nyawa tetap nyawa. Dengan menjadi vegetarian, mereka merasa sedang mengurangi kontribusi atas kematian makhluk hidup.
Bukan soal menyalahkan orang lain, hanya pilihan personal berdasarkan empati yang kuat.
Mereka Tahu Hewan Tetap Merasakan Stres
Walaupun cara pemotongan sudah dibuat sedemikian rupa supaya lebih cepat dan minim rasa sakit, hewan ternak tetap mengalami stress sebelum disembelih, mulai dari transportasi, antrian, bau darah, dan ketakutan.
Vegetarian berpikir: “Kalau aku bisa hidup tanpa membuat hewan mengalami ini, kenapa nggak?”
Alasan Kesehatan, Banyak yang Merasa Lebih Fit
Ini alasan besar lainnya. Banyak vegetarian merasa tubuh mereka lebih ringan, sehat, dan jarang sakit setelah berhenti makan daging.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa diet vegetarian bisa:
- menurunkan risiko penyakit jantung,
- menjaga tekanan darah,
- mengontrol kolesterol,
- menurunkan risiko diabetes tipe 2,
- dan memperbaiki pencernaan.
Jadi buat sebagian orang, ini bukan konsep spiritual, tapi keputusan kesehatan yang sangat rasional.
Dampak Peternakan Itu Besar, Bro

Ini yang sering nggak kepikiran, industri peternakan ternyata menyumbang polusi yang cukup besar. Mulai dari emisi gas rumah kaca, penggunaan air, sampai lahan yang luas untuk pakan hewan.
Faktanya:
- Butuh ribuan liter air hanya untuk menghasilkan 1 kg daging sapi.
- Peternakan menyumbang metana, gas yang lebih kuat daripada CO₂.
- Pembukaan hutan besar-besaran banyak dilakukan untuk pakan hewan.
Vegetarian melihat ini dan berpikir, “Kalau aku bisa mengurangi beban lingkungan, ya kenapa nggak?”
Mereka Merasa Tidak Perlu Daging untuk Makan Enak
Jangan salah, banyak vegetarian justru doyan makan enak. Hanya saja mereka menemukan alternatif.
Sekarang banyak banget makanan pengganti daging yang rasanya mirip, seperti:
- plant-based meat,
- tempe,
- tahu,
- jamur,
- kacang-kacangan.
Jadi mereka tetap bisa menikmati makanan yang kaya rasa tanpa harus menyentuh daging sama sekali.
Faktor Kebiasaan dan Pendidikan

Banyak vegetarian tumbuh dalam lingkungan yang membiasakan mereka begitu. Misalnya keluarga yang memang sejak dulu menjalankan pola makan vegetarian, entah karena agama, budaya, atau tradisi.
Ada juga yang belajar biologi, ekologi, atau kesehatan sampai akhirnya sadar bahwa mereka lebih nyaman hidup tanpa daging.
Jadi bukan karena “nggak mau makan enak,” tapi karena memang pola hidupnya terbentuk dari kecil.
Mereka Mengambil Sikap Karena Alasan Personal
Di luar semua alasan di atas, ada satu hal penting: itu pilihan hidup.
Ada orang yang berhenti makan daging karena:
- melihat video penyembelihan yang bikin trauma,
- hewan peliharaannya membuatnya sadar soal empati,
- ingin hidup lebih mindful,
- ingin mengurangi jejak karbon,
- atau sekadar merasa lebih nyaman tanpa daging.
Intinya: mereka punya alasan yang kuat buat diri mereka sendiri.
Kesimpulan
Jadi, kenapa vegetarian tidak makan daging?
Jawabannya bukan karena hewan tidak dimakan dengan baik atau karena daging itu buruk. Tapi karena keputusan pribadi yang didasari empati, kesehatan, dan kepedulian terhadap lingkungan.
Mereka tahu hewan ternak memang dibesarkan untuk dikonsumsi, dan proses penyembelihan dibuat secepat mungkin agar hewan tidak menderita. Namun, bagi mereka, itu masih belum cukup untuk menghapus perasaan tidak nyaman dalam hati.
Setiap orang punya pilihannya masing-masing. Ada yang makan daging, ada yang tidak. Dan keduanya sah-sah saja. Yang penting saling menghargai, karena pada akhirnya setiap orang hanya mencari cara hidup yang paling cocok untuk dirinya sendiri.
